Menganalisis Artikel Artikel

 

30 ARTIKEL :

1.       Judul :

 REPRESENTASI MAKNA DALAM LUKISAN “THE SCREAM” KARYA EDVARD MUNCH DALAM PERSPEKTIF TEORI KRITIK SENI

Link :

https://jurnaladat.org/web/public/full_paper/Jurnal%20Adat%20(94-101)%20-%20REPRESENTASI%20MAKNA%20DALAM%20LUKISAN%20THE%20SCREAM%20EDVARD%20MUNCH%20DALAM%20PRESPEKTIF%20TEORI%20KRITIK%20SENI.pdf

Objek : 

LUKISAN “THE SCREAM” KARYA EDVARD MUNCH

Teori/pendekatan :

Teori Kritik Seni

Analisis :

Makna dalam lukisan memberikan arti tersendiri pada penikmatnya, seperti halnya lukisan "The Scream" karya Edvard Munch telah menjadi salah satu karya seni paling ikonik dalam sejarah seni rupa. Dari hal ini peneliti melakukan analisis menggunakan pendekatan teori kritik seni untuk mengetahui makna lukisan the scream karya Edvard Munch. Hasil analisis kritik seni terhadap lukisan The Scream ini ditinjau dari berbagai aspek kritik seni, baik dari segi deskrisi, interpretasi tentang warna, ekspresi dan suasana serta memberikan kesimpulan bahwa karya ini mengisahkan tentang makna visual objek yang berdiri di atas jembatan sambil memegang pipinya sebagai bentuk ekspresi yang bercampur dengan rasa dengan nuansa psikologi yang multiinterpretasi dalam dimensi visual karyanya.

Kesimpulan : (Setelah meninjau karya Edvrd Munch dengan pertimbangan kritik seni dimana tahap yang dilakukan mulai dari Deskripsi, Interpretasi baik dari segi warna, ekspresi maupun suasana dalam lukisan, serta memberikan evaluasi pada kerya tersebut penulis memberikan kesimpulan bahwa lukisan "The Scream" karya Edvard Munch menggambarkan makna yang mendalam tentang Kebingungan, ketakutan, dan kecemasan manusia dalam menghadapi eksistensi dan kompleksitas kehidupan.

 

Sedangkan, pada artikel saya mempunyai makna Topeng-topeng kehidupan bisa menjadi representasi ide spiritualnya sendiri yang merasa bahwa mendapatkan godaan dan bisikan dari setan. Kelemahannya sebagai manusia yang tidak kuasa melawan godaan dituangkan dalam lukisan.

 

2.       Judul :

REPRESENTASI EKSPRESI KARAKTER TARI TOPENG PAJEGAN DALAM SENI LUKIS

Link :

http://repo.isi-dps.ac.id/4213/

Objek :

TARI TOPENG PAJEGAN DALAM SENI LUKIS 

Teori/pendekatan :

Teori Representasi 

Analisis :

 Ide – ide dalam penciptaan ini penulis wujudkan dengan menggunakan metode dari Alma Hawkins yaitu eksplorasi, eksperimen, dan pembentukan. Penciptaan karya seni lukis sesuasi kemampuan dan keterampilan yang diperoleh selama proses belajar. Tehnik yang diterapkan adalah perpaduan dari tehnik plakat,dan di padukan dengan sapuhan kuas dan warna yang ekspresip sehingga tercipta lukisan yang realistis.Penciptaan yang dilandasi dengan penelitian menghasilkan 6 karya yang dapat di tinjau dari aspek fisioplastis dan aspek ideoplastis. Kemudian penulis mampu mendeskripsikan maknayang terdapat dalam karya yang bertemakan Tarian Topeng Pajegan .

Kesimpulan :

Dalam perwujudan tarian topeng pajegan menjadi karya seni lukis yang memiliki nilai-nilai serta cerminan kehidupan , di cerminkan lewat berbagai wujud dan karakter topeng pajegan yang mempunyai karakter berbeda-beda, sebagai acuan atau pedoman sesuluh kehidupan.

 

Sedangkan, pada artikel saya juga nilai nilai dan juga cerminan kehidupan yang dimana manusia tidak jauh dengan godaan godaan.

 

3.       Judul :

Estetika Lukisan Hamzah Dalam Kajian Narasi Simbolik

Link :

https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/gestus/article/view/52788

Objek :

Lukisan Hamzah Dalam Kajian Narasi Simbolik

Teori/pendekatan :

Teori semiotika

Analisis :

Penelitian ini membahas estetika lukisan Hamzah dalam kajian narasi simbolik, lukisan Hamzah yang didominasi dengan aliran abstrak ekspresionis yang menggakat cerita, fenomena kehidupan sosial masyarakat Minangkabau. Penelitian menggunakan, karya Hamzah di analisis melalui sudut pandang narasi yang dilihat pada struktur pembentuk narasi kemudian didukung oleh teori semiotika. Estetika lukisan yang dihadirkan Hamzah dalam lukisannya, berdasarkan tiga tingkatan dalam elementer kesenirupaan dengan enam asas pembentuk estetik. Metode kualitatif dengan penyajian data bersifat deskriptif analisis untuk melihat fakta-fakta yang ditemukan dilapangan, dengan mengambil sebanyak dua belas lukisan dengan tiga lukisan masing-masing pertahunnya. Teknik pengambilan data yang dilakukan dengan cara observasi, analisis data, studi pustaka, wawancara dan dokumentasi untuk mengambil suatu kesimpulan pada karya Hamzah berdasarkan kriteria tanda, penanda dan simbol dari lukisan yang dihasilkan Hamzah pada tahun 2020. Hasil temuan lukisan Hamzah didominasi dengan gaya lukisan abstrak ekspresionis dengan narasi simbolik pada lukisan Hamzah, berupa simbol-simbol seperti rumah gadang, kaktus, bulan sabit, goa, ruang angkasa, , komposisi warna, dan tipografi.

Kesimpulan :

Pada tahun 2020 Karya Hamzah banyak berfokus pada karya-karya yang memperilhatkan bagaimana masyarakat Minangkabau dalam menghadapi wabah Covid-19. Selanjutnya dalam merepresentasikan idenya Hamzah cendrung melakukan pengolahan bentuk visual Rumah Gadang dengan beberapa bentuk aksentuasi Rumah Gadang tanpa mengambarkannya secara jelas. narasi simbolik yang dipaparkan oleh Hamzah terletak pada ide sebagai tanda simbolik berupa bentuk rumah gadang dan warna ciri khas Minangkabau seperti warna marawa, yang di adopsi berdasarkan fenomena sosial yang terjadi disekitar Masyarakat Minangkabau sendiri. Pada tiap karyanya terdapat makna narasi yang bersifat mengingatkan sebuah narasi kebersamaan, narasi kebudayaan, narasi ideologi politik dan kekuasaan, narasi tradisi versus modernitas, narasi nilai ekonomi dan kemanusian, yang menjadi point penting pada tiap pengarapan karya Hamzah.

 

Sedangkan,  pada artikel saya memiliki nilai kebudayaan berupa topeng saja tidak ada sebuah narasi kebudayaan yang terdapat pada lukisan.

 

 

4.       Judul :

ANALISIS MAKNA DALAM LUKISAN KARYA MUJIB DARJO PADA PAMERAN TUNGGAL KINASIH

Link :

https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/va/article/view/44371/37739

Objek :

LUKISAN KARYA MUJIB DARJO PADA PAMERAN TUNGGAL KINASIH

Teori/pendekatan :

Teori Representasi

Analisis :

Mujib Darjo merupakan seniman yang memiliki kepekaan dalam mengungkapkan makna pada karya seni lukis. Karya-karyanya dalam pameran tunggal “Kinasih” menarik untuk digali lebih mendalam sebagai sebuah refleksi dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan penelitian: 1) Mendeskripsikan profil dan perjalanan hidup Mujib Darjo. 2) Mendeskripsikan proses kreatif Mujib Darjo dalam berkarya. 3) Menganalisis makna kasih sayang dalam lukisan karya Mujib Darjo pada pameran tunggal “Kinasih” tahun 2020. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif-deskriptif, sehingga teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian: 1) Mujib merupakan seniman lukis kelahiran Sidoarjo, 7 September 1977. Menyukai dunia seni rupa sejak SD dan lulus S1 dari jurusan Pendidikan Seni Rupa Universitas Negeri Malang. Kini telah mampu menyelenggarakan dua kali pameran tunggal. Salah satunya, bertajuk “Kinasih” tahun 2020. 2) Proses kreatif Mujib Darjo dalam berkarya seni lukis sangat dipengaruhi oleh pengalaman visualnya. Tahun 2013 karya-karyanya cenderung ekspresionis dengan teknik finger painting. Tahun 2017 sampai saat ini karya-karyanya cenderung impresionis. 3) Berdasarkan hasil analisis kelima lukisannya dalam pameran “Kinasih”, diketahui bahwa Mujib mengungkapkan makna kasih sayang melalui visual lukisan yang menggambarkan pentingya komunikasi dalam keluarga, menghabiskan waktu bersama keluarga, berbagi kebahagiaan terhadap lingkungan sekitar, dan pentingnya menghormati seorang ibu karena cinta kasihnya yang sepanjang masa.

Kesimpulan :

Berdasarkan analisis makna pada kelima karya yang berjudul “Dulangan”, “Ngunduh Mantu”, “Ayun”, “Esok Ceritakan Tentang Hari Ini”, dan “Bersamamu”, diketahui bahwa: 1) karya-karyanya cenderung dilatarbelakangi oleh kisah hidup Mujib Darjo dalam berumah tangga dengan isterinya. 2) Ungkapan makna kasih sayang selalu divisualisasikan melalui dua objek gambar baik Mujib dengan isterinya, Mujib dengan anaknya, maupun Isteri Mujib dengan anaknya. 3) Secara garis besar Mujib mencoba mengungkapkan makna kasih sayang melaui visual lukisan yang menggambarkan pentingya komunikasi dalam keluarga, menghabiskan waktu dengan keluarga, berbagi kebahagiaan terhadap lingkungan sekitar, dan pentingnya menghormati seorang ibu karena cinta kasihnya yang sepanjang masa.

 

Sedangkan, pada artikel saya makna yang terdapat dalam lukisan lebih menjuru kepada kepribadian manusia bukan mencakup kepada kepedulian terhadap orang lain.

 

5.       Judul :

Analisis Semiotika Pada Lukisan Wanita Berhijab Karya Ameena Y. Khan

Link :

https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/43877

Objek :

Lukisan Wanita Berhijab Karya Ameena Y. Khan

Teori/pendekatan :

Metode analisis semiotika

Analisis :

Berdasarkan latar belakang, pentingnya mengetahui makna dibalik tanda. Maka peneliti merumuskan pertanyaan berupa, apa makna pesan dari lukisan wanita berhijab karya Ameena Khan bedasarkan perspektif semiotika Charles Sanders Pierce? Dan bagaimana Ikon, Indeks, dan Simbol digunakan dalam lukisan wanita berhijab tersebut? Penelitian ini menggunakan kajian semiotik dari Charles Sanders Peirce yang analisisnya hanya terfokus pada bentuk klasifikasi bedasarkan objeknya yakni tanda ikon, indeks dan simbol. Ikon adalah tanda yang mengandung kemiripan „rupa‟ sehingga tanda itu mudah dikenali oleh para pemakainya. Indeks adalah tanda yang memiliki keterkaitan fenomenal atau eksistensial di antara representamen dan objek. Simbol merupakan jenis tanda yang bersifat arbiter dan konvensional sesuai kesepatan atau konvensi sejumlah orang atau masyarakat. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis semiotika dengan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Data yang didapatkan berupa lukisan dari ii internet dan website yang relevan. Serta teknik pengumpulan datanya dengan cara mengumpulkan dokumentasi bentuk data (lukisan) dan studi kepustakaan dengan buku-buku referensi yang relevan dengan penelitian.

Wanita Berhijab, Amerika Serikat.

Kesimpulan :

Kesimpulan yang diperoleh dari temuan dan hasil analisis data dari kelima lukisan wanita berhijab karya Ameena Khan adalah kelima lukisan tersebut mengungkap pesan arti dan makna meminimalisir ketegangan serta stereotip dan citra buruk islam sebagai minoritas di Amerika Serikat. Kelima gambar lukisan itu peneliti sajikan dengan analisis semiotika yang berdasarkan objeknya membagi atas ikon, indeks, dan symbol. Peneliti juga menjelaskannya dalam bentuk tabel yang disertai keterangan dan kesimpulan makna pesan yang dipresentasikan dari hasil analisa pada tiap gambarnya.

 

Sedangkan, pada artikel saya tidak ada sama sekali mengandung unsur keagaamaan dan pada artikel saya ini hanya menganalisa satu karya lukisan saja berbeda dengan artikel ini yang menganalisa lima karya lukisan.

 

6.       Judul :

 Keberanian dan Kritikan dalam Lukisan Presiden R.I. TH. 2001 SUHARDI

Link :

https://jurnalilmiah.org/journal/index.php/kultur/article/view/576

Objek :

Lukisan Presiden R.I. TH. 2001 SUHARDI

Teori/pendekatan :

Teori Representasi

Analisis :

Penelitian  ini  bertujuan  untuk  menganalisis lukisan  Presiden  RI  tahun  2001  dari  perspektif  kritik  seni  dan teori  estetika,  serta  untuk  mengetahui bagaimana   keberanian    dan    kritik    yang   tercermin   dalam    lukisan    tersebut    dihubungkan   dengan kepemimpinan  Presiden  RI  pada  saat  itu.  Metode  penelitian  yang  digunakan  adalah  penelitian  kualitatif dengan  observasi,  analisisvisual,  dan  mencari  informasi  dari  berbagai  sumber.  Hasil  dari  penelitian  ini adalah:  (1)  karya  seni  lukis  Presiden  RI  tahun  2001  merupakan  contoh  yang  baik  dari  bagaimana  seniman dapat  menggunakan  seni  rupa  untuk  menggambarkan  keadaan  sosial-politik  padasuatu  waktu.  (2) Keberanian  dan  kritik  dalam  lukisan  tersebut  menggambarkan  kepemimpinan  yang  kuat  dan  berani  dari Presiden RI pada saat itu. (3) Dalam analisis visual, ditemukan bahwa penggunaan warna, komposisi, dan teknik lukis pada lukisan Presiden RItahun 2001 sangat mendukung tema keberanian dan kritik yang ingin disampaikan.  Penelitian  ini  diharapkan  dapat  memberikan  kontribusi  bagi  pengembangan  seni  rupa  di Indonesia dan mendorong masyarakat untuk lebih mengapresiasi seni dan budayaIndonesia.Kata kunci:lukisan, seni rupa, keberanian, kritik, politik

Kesimpulan :

Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa artikel ini dibuat untuk  menyampaikan keberanian dan kritikan pada masa orde  baru  yang dipimpin oleh presiden   Soeharto,   bentuk   penyampaian   kritikannya   yaitu   dalam   bentuk   lukisan   yang menggambarkan  sosok  dirinya  menggunakan  seragam  jendral  dan  berbintang  dengan  tajuk “Presiden RI Th 2001, Suhardi”, yang membuat sang pelukisnya ditahan dengan tuduhan makar. Penelitian ini diharapkan untuk dapat memberikan kontribusi bagi para pengembangan seni rupa di Indonesia serta dapat dijadikan sebagai dorongan masyarakat untuk lebih mengapresiasi karya seni dan budaya yang ada di Indonesia.

 

Sedangkan,  pada artikel saya karya lukisan yang saya jadikan objek analisa memiliki makna berbeda dengan artikel ini. Pada lukisan yang saya jadikan objek analisa memiliki makna tentang kepribadian manusia yang memiliki macam macam godaan dalam menjalankan kehidupan.

 

7.       Judul :

KATARSIS SENI PADA LUKISAN “AT ETERNITY’S GATE” KARYA VINCENT VAN GOGH DALAM PANDANGAN KRITIK SENI

Link : https://scholar.archive.org/work/ybdmhvs5zrcg7iuj3tzl3fhc5e/access/wayback/https://journal.isi.ac.id/index.php/ars/article/download/5651/2936

Objek :

LUKISAN “AT ETERNITY’S GATE” KARYA VINCENT VAN GOGH 

Teori/pendekatan :

Teori Kritik Seni

Analisis :

At Eternity’s Gate adalah sebuah lukisan minyak karya Vincent van Gogh yang dibuat pada tahun 1890 di Saint-Rémy de Provence. Lukisan tersebut diselesaikan pada awal Mei saat kesehatannya pulih dan sekitar dua bulan sebelum kematian-yang umumnya dianggap sebagai bunuh diri. Karena kasus bunuh diri yang dilakukannya maka penelitian ini bertujuan mengungkap tanda-tanda kondisi mental Vincent van Gogh melalui katarsis seni dalam karyanya. Pendekatan yang diampu ialah teori Kritik Seni Edmund Burke Feldman dalam bukunya “Art as Image and Idea” ke dalam 4 bagian yaitu deskripsi, analisis formal, interpretasi, dan evaluasi. Kritik seni merupakan salah satu cara untuk mengungkap dan memahami makna karya seni. Hasil penelitian mengacu kepada pemakaian warna kuning berlebih juga perpaduan biru sebagai representasi gejala gangguan mental yang dialami oleh Vincent van Gogh. Studi ini bisa dipakai untuk mengungkap makna dari ekspresi visual dari karya seni.

Kesimpulan :

Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tanda-tanda mental ilness Vincent van Gogh yang merupakan seorang tortured artist dapat terungkap melalui katarsis seni dalam lukisan At Eternity’s Gate.

 

Sedangkan, pada artikel saya terungkap bahwasannya Affandi seorang pelukis yang karyanya saya jadikan objek analisa mempunyai karakteristik lukisan yang ekspresionis.

 

8.       Judul :

Representasi Identitas Diri dan Perubahan Perspektif Estetik pada Lukisan Potret Diri Affandi

Link : 

https://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/181697

Objek :

Lukisan Potret Diri Affandi 

Teori/pendekatan :

Teori Representasi

Analisis :

Lukisan potret diri dekat dengan konsep citra diri, representasi diri maupun notasi pribadi seniman. Hal ini kemudian memicu pertanyaan seperti: konsep diri apa yang direpresentasikan Affandi pada lukisan potret diri, dan bagaimana perubahan perspektif estetiknya mempengaruhi baik visual maupun makna dibalik setiap penciptaan lukisan potret dirinya. Untuk mengkaji hal ini, peneliti menggunakan teori representasi dalam filsafat seni. Lukisan potret diri Affandi dikaji melalui pandangan imitasi dan representasi, untuk mendapatkan kejelasan apakah lukisan potret diri Affandi hanya imitasi atau representatif. Hal ini juga mengarah pada pembahasan tentang pemahaman Affandi akan diri secara personal. Dari perubahan perspektif estetik yang ia alami, beriringan dengan kondisi dan realitas lingkungan yang ia hadapi, dilihat melalui teori identitas. Kemudian dianalisis bagaimana Affandi mengolah gagasan atas realitas, bagaimana penyelaman yang dia lakukan untuk memahami dirinya lalu seperti apa itu tervisualisasikan di atas kanvas. Sumber primer dan sekunder diteliti dengan menggunakan langkah-langkah metodis seperti deskripsi, interpretasi, kesinambungan historis, heuristik dan beberapa unsur metodis lain sebagai pendukung.

Kesimpulan :

Simpulan yang dihasilkan dari kajian ini adalah: pertama, perenungan eksistensialis Affandi terhadap identitas dirinya menetapkan humanisme sebagai kunci. Wajah Affandi bukan hanya sebagai individu, namun wajah manusia yang mewakili realitas sosial, hal itu berupa kehidupan merakyat yang selama ini dilaluinya. Lalu yang kedua, perubahan perspektif Affandi terjadi dari Realisme, Impresionisme sampai Ekspresionisme. Realisme Affandi pada potret diri menunjukkan Affandi yang merekam perubahan fisiknya dari muda sampai tua. Gaya Impresionisme mulai dilakukan Affandi dengan garis-garis timbul yang melengkung dan menumpuk serta pemilihan warna-warna bercahaya, sedangkan Ekspresionisme dalam tahap akhir yang dicapai Affandi, kejelasan bentuk memudar, latar belakang mulai transparan, seiring dengan pemahaman diri Affandi yang memasuki banyak kontemplasi dan perenungan. Lukisan potret diri Affandi adalah nada kunci bagi seluruh irama ekspresinya dan sebuah kendali gerakan emosi berkeseniannya.

 

Sedangkan, pada artikel saya memiliki kesamaan dengan artikel ini namun pada artikel saya berbeda analisanya mengenai karya lukisan.

 

9.       Judul :

ESTETIKA KARYA LUKIS AFIANTO ARIFIN

Link :

http://www.journal.isi-padangpanjang.ac.id/index.php/viart/article/view/2138

Objek :

KARYA LUKIS AFIANTO ARIFIN

Teori/pendekatan :

(ada di bagian abstrak, kalo gak ada tulis aja "teori representasi")

Analisis :

Kajian ini membahas tentang kecenderungan Afianto Arifin yang bertahan dengan gaya naturalisme yang kental di tengah gencarnya seni rupa kontemporer. Kajian ini juga membahas tentang perjalanan seni rupa, faktor-faktor yang melatarbelakangi sikap berkarya, serta konsep estetika yang terkandung dalam lukisannya. Untuk menjawab permasalahan tersebut digunakan metode penelitian kualitatif yang meliputi observasi, wawancara, dan studi literatur. Penelitian dilakukan di Kota Bukittinggi dan Kabupaten Padang Pariaman, Provinsi Sumatera Barat.

Kesimpulan :

Berdasarkan hasil penelitian, awal mula karir seni Afianto Arifin dimulai di Jakarta. Selain melukis, Arifin juga mendapat proyek membuat patung dan relief. Setelah itu, Arifin pun rajin membuat lukisan. Arifin cenderung mengangkat objek pemandangan alam dan kecantikan wanita. Ide terciptanya lukisan Arifin dipengaruhi oleh faktor seni dan faktor budaya daerah asalnya yaitu Bukittinggi. Konsep estetika yang terkandung dalam lukisan Arifin dibahas dari sudut pandang gaya seni, struktur seni, serta interaksi media dan makna. Arifin merupakan sosok yang cenderung tidak mau terekspos dan tidak suka melihat pameran, hal ini membuat Arifin tetap berpegang teguh pada cita-citanya dan mempengaruhi gaya seninya hingga saat ini.

 

Sedangkan, pada artikel saya karya lukis yang saya analisa lebih memiliki karakteristik yang ekspresionis dan lebih bermakna tentang kehidupan.

 

10.   Judul :

MOTIVASI DAN KARAKTERISTIK KARYA SENI LUKIS ANAK PADA SANGGAR PAMONGAN DI TASIKMADU KARANGANYAR

Link :

http://repository.isi-ska.ac.id/1783/

Objek :

KARYA SENI LUKIS ANAK PADA SANGGAR PAMONGAN DI TASIKMADU KARANGANYAR

Teori/pendekatan :

Teori Representasi

Analisis :

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Objek yang diteliti adalah karya seni lukis anak di sanggar Pamongan. Penulis menggunakan teknik pengumpulan data melalui studi pustaka, observasi, wawancara, dan telaah dokumen. Validasi yang digunakan adalah teknik triangulasi data dengan memanfaatkan data pendukung, selain wawancara dengan narasumber yang terkait. Analisis data menggunakan anilisis interaktif yang meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Peneliti menggunakan analisis interaktif untuk menjelaskan tentang proses pembelajaran, sedangkan untuk menjelaskan karakteristik serta tipe seni lukis karya anak di sanggar Pamongan menggunakan interpretasi analisis berdasarkan teori periodesasi perkembangan seni rupa anak dan tipologi seni lukis karya anak oleh Lowenfeld.

Kesimpulan :

Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Motivasi sebagian besar anak muncul dari rasa senang, nyaman, dan keingintahuan mereka dalam belajar dan berkarya seni, serta dorongan serta motivasi dari orang tua. (2) Karya lukis anak di sanggar Pamongan sesuai yang fungsi teori periodesasi perkembangan seni rupa yang telah dipaparkan oleh Lowenfeld yaitu periode coreng moreng, pra bagan, periode awal realisme. Karya lukis anak di sanggar Pamongan memiliki beberapa tipe yaitu tipe visual, haptik, campuran. Terdapat pula karakteristik atau gaya dan sifat dalam karya lukis anak di sanggar Pamongan berdasarkan tipologi seni lukis. Karakteristik karya lukis anak di sanggar Pamongan bentuk objek, warna, dan tema masih sangat sederhana, dikarenakan pola pembelajaran yang berbeda seperti tidak meniru dari pembimbing. Namun, karya anak di sanggar konvensional dan pendidikan formal kurang terlihat karakter gambar dari setiap anak, karena pola pembelajaran tersebut. Perbedaan karya lukis anak di sanggar Pamongan juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu perasaan, usia, pengetahuan, dan pengaruh lingkungan anak.

 

Sedangkan, Pada artikel yang saya tulis juga terdapat motivasi kehidupan didalamnya dan memiliki karakteristik lukisan yang khas dari Affandi tersendiri.

 

11.   Judul :

Sanggar Seni Lukis di Yogyakarta Transformasi Aliran Lukis Kubisme Pablo Picasso dalam Desain

Link :

https://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/19501

Objek :

Lukis Kubisme Pablo Picasso

Teori/pendekatan :

Teori Representasi

Analisis :

Permasalahan yang diangkat adalah merancang sanggar seni lukis yang mewadahi kegiatan seni lukis yang bersifat edukatif dan rekreatif berdasarkan konsep transformasi aliran lukis Kubisme Pablo Picasso. Dengan konsentrasi pada penciptaan tata ruang dalam dan penampilan sanggar seni lukis yang dapat merangsang kreativitas peserta didik. Karakter khas yang radikal, revolusioner, dan kreatif dari kubisme Pablo Picasso akan diterapkan ke dalam desain sanggar seni lukis yang didalamnya terdapat proses kreatif dan imajinatif. Dengan mengambil ide bentuk "geometris" dan ide ruang "dimensi keempat" dari kubisme diharapkan dapat memecahkan permasalahan desain yang diangkat. Konsep yang dipilih untuk menyelesaikan masalah desain adalah metafora dari kubisme Pablo Picasso.

Kesimpulan :

Dengan mengambil karakter atau sifat dari kubisme yang akan ditransformasikan secara metafora ke dalam desain. Karakter ruang dalam yang dapat merangsang kreativitas dan citra sanggar seni lukis dapat diwujudkan dengan mentransformasikan ide bentuk dan ruang yang kreatif dari kubisme Pablo Picasso. Hasil akhir, didapatkan desain akhir sanggar seni lukis yang diwujudkan dalam gambar-gambar kerja yang komunikatif.

 

Sedangkan, pada artikel saya lebih terfokus menganilasi tentang sosok kepribadian sang seniman dan analisa daripada lukisannya.

 

12.   Judul :

TEMA KEMANUSIAAN DALAM LUKISAN AFFANDI KAJIAN SEMIOTIKA

Link :

http://digilib.isi.ac.id/6173/

Objek :

LUKISAN AFFANDI

Teori/pendekatan :

Teori Representasi

Analisis :

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan lukisan bertema kemanusiaan Affandi yang ditinjau melalui kajian semiotika. Metode yang dilakukan dalam bahasan penelitian menggunakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Data didapat berdasarkan observasi, teori, buku, jurnal, wawancara, dan dokumentasi. Sampel penelitian adalah delapan lukisan Affandi yang telah diseleksi berdasarkan tema. Penelitian difokuskan pada tema kemanusiaan dalam lukisan Affandi yang dianalisis melalui kajian semiotika. Adapun penelitian ini menggunakan kajian semiotik Charles Sanders Peirce yang dalam analisisnya fokus pada bentuk klasifikasi bedasarkan objek, yakni tanda ikon, indeks dan simbol.

Kesimpulan :

Dari analisis yang telah dilakukan dapat diambil sebuah kesimpulan, yaitu delapan karya Affandi tersebut mengandung tema kemanusiaan. Pada masing-masing lukisan tersebut, memiliki sejarah tersendiri dan dari segi visual menunjukkan adanya hubungan atau relasi antar tanda. Ikon, indeks, dan simbol. Juga baik pada warna, bentuk, properti, saling berkaitan dan memiliki makna yang terkandung di dalam setiap karya.

 

Sedangkan, pada artikel saya lebih memfokuskan analisa pada lukisan karya Affandi yang bertemakan Potret diri dan topeng topeng kehidupan dan tidak menganalisa lukisan beliau yang lainnya.

 

13.   Judul :

AESTHETIC SPACE IN SYNTHETIC CUBISM, INTERPRETATION ANALYSIS OF ARMEN NAZARUDDIN'S PAINTINGS

Link :

http://journal.isi-padangpanjang.ac.id/index.php/Ekspresi/article/view/2206

Objek :

LUKISAN ARMEN NAZARUDDIN

Teori/pendekatan :

Teori Representasi

Analisis :

Penelitian ini bertujuan untuk melihat ruang estetis pada kubisme sintetik karya Armen Nazaruddin. Ketika menguasai teknik, alat dan bahan yang dikuasai, permasalahan selanjutnya yang muncul adalah penerapan nilai estetika dalam bentuk karya seni. Oleh karena itu menggambarkan suatu pengalaman mempunyai rasa dan intelektual dalam melahirkan karya seninya. Hal inilah yang penulis lakukan untuk melakukan kajian objek terhadap lukisan Armen Nazaruddin yang nantinya dapat dijadikan referensi dan rujukan dalam perkembangan seni lukis di Indonesia khususnya di Sumatera Barat. Lukisan ini benar-benar mempertimbangkan prinsip pembuatan prinsip secara detail dan cermat serta bintang pesan dan makna yang ada di dalamnya. Seniman bereksperimen bagaimana memanfaatkan benda-benda disekitarnya yang tidak mempunyai nilai menjadi lebih tepat sesuai dengan falsafah Minang Kabau yaitu, “Alam Takambang Menjadi Guru”.

Kesimpulan :

Berdasarkan analisis terhadap bentuk fisik (visual form) dan bentuk spesial (special form) dapat disimpulkan bahwa lukisan kubisme sintetik karya Armen Nazaruddin sangat layak dijadikan tontonan sekaligus tuntunan. Sebagai tontonan karya tersebut merupakan ekspresi estetis yang bersifat abstraksi simbolik dengan memanfaatkan bidang-bidang kubus dan geometris di dalam karyanya. Bentuk fisik (visual form) yang terhimpun dari bidangbidang kubus dan geometris tersebut dilengkapi dengan unsur-unsur rupa seperti warna, garis, dan tekstur, kemudian disusun berdasarkan hukum-hukum penyusunan.

 

Sedangkan, Artikel saya menganalisis Lukisan karya Affandi yang bertemakan Potret Diri dan Topeng Topeng Kehidupan sehingga analisa pun lebih mendalam kepada lukisan ini bukan kepada seluruh lukisan karya Affandi.

 

14.   Judul :

Kajian Karya-karya Pelukis Akademi di Bandung dan YOGYAKARTA Tahun 1950-1965

Link :

https://www.neliti.com/publications/180324/kajian-karya-karya-pelukis-akademi-di-bandung-dan-yogyakarta-tahun-1950-1965-stu

Objek :

karya Pelukis Akademi di Bandung dan YOGYAKARTA

Teori/pendekatan :

(ada di bagian abstrak, kalo gak ada tulis aja "teori representasi")

Analisis :

Kecenderungan abstrak pada keenam pelukis kunci ini dimulai melalui pembaruan gaya yang dikembangkan oleh pelukis kunci akademi di Bandung di awal dekade 1950. Srihadi Soedarsono cenderung mengolah ruang, garis dan bidang datar, Popo Iskandar cenderung mengolah irama tekstur, sedangkan Mochtar Apin cenderung pada sapuan-sapuan yang ekspresif. Ketiganya mempunyai ciri analitis yang kuat. Ketiga pelukis kunci akademi di Yogyakarta mulanya condong kepada ‘realisme' dan perlahan menuju abstrak. Fadjar Sidik menunjukkan Perubahan yang mengolah bidang-bidang geometris, sedangkan Abas Alibasyah dan Widayat cenderung pada abstraksi yang dekoratif. Identifikasi gaya keenam pelukis kunci penelitian membuktikan hipotesis penelitian bahwa sistem pendidikan tinggi seni rupa membentuk lulusannya terbuka pada berbagai wacana baru sebagai pertimbangan dalam melakukan pembaruan dibandingkan pelukis autodidak.

Kesimpulan :

Pelukis-pelukis  kunci  akademi  di  Bandung  adalah  yang  memulai  pembaruan  yang  memunculkan  tendensi abstrak   dalam   pembabakan   masa   transisi   seni   lukis   Indonesia   baru.   Pembaruan   tersebut  terfokus   pada pengolahan bahasa visual baru yang bukan berpijak pada nilai-nilai estetis, realism seni lukis Indonesia baru melainkan bahasa visual yang menonjolkan pertimbangan dan perhitungan kesatuan komposisi dari aspek-aspek formal  seperti  bentuk,  garis,  bidang,  volume,  tekstur,  dan  ruang.

 

Sedangkan, Artikel saya menganalisis Lukisan karya Affandi yang bertemakan Potret Diri dan Topeng Topeng Kehidupan sehingga analisa pun lebih mendalam kepada lukisan ini yang memiliki karakteristik ekspresionis pada lukisan tersebut.

 

15.   Judul :

EKSPRESI SENIMAN DALAM MELUKIS

Link :

https://www.researchgate.net/profile/Makmur-Harun-2/publication/282913626_EKSPRESI_SENIMAN_DALAM_MELUKIS_Kajian_Psikologi_Tingkahlaku_Terhadap_Penulis_dan_Pelukis_Khat_Islami/links/5622735308aed8dd1943fcbe/EKSPRESI-SENIMAN-DALAM-MELUKIS-Kajian-Psikologi-Tingkahlaku-Terhadap-Penulis-dan-Pelukis-Khat-Islami.pdf

Objek :

EKSPRESI SENIMAN

Teori/pendekatan :

Teori Representasi

Analisis :

Karya-karya seni lukis khat Islami merupakan hasil seni tampak yang cantik dan menarik dihasilkan melalui kreativiti tersendiri daripada pelukisnya dengan menggunakan peralatan lukis. Hasil kreasi seni lukis khat Islami ini terus wujud dan berkembang di Alam Melayu yang tidak lagi hanya sekadar sebagai hiasan dan karya seni semata-mata bahkan sudah menjadi karya seni yang dihasilkan melalui ekspresi jiwa yang dapat mempengaruhi psikologi peribadi seseorang pelukis ketika menulis dan melukisnya sehingga dapat menghasilkan karya artistik dan estetik sebagai corak, simbol, dan falsafah kerohanian sesuatu bangsa. Selain itu, karya seni lukis khat Islami telah dijadikan sebagai gambaran artistik seni yang unik diekspresikan melalui budaya, adat dan alam sekitar yang mendasari kewujudan falsafah seni lukisan Islami tersebut. Perkembangan karya seni ini di Malaysia juga turut dikembangkan melalui pelbagai bentuk khat dan lukisan sebagai saluran seni dengan menggabungkan antara kecekapan, kemahiran dan simbol identiti orang Melayu yang mencerminkan kehidupan dan kebudayaan individu atau masyarakatnya.

Kesimpulan :

Kesimpulannya, kajian ini memaparkan ekspresi psikologi seorang penulis dan pelukis seni khat Islami sebagai satu usaha mengenal dan mengetahui pengalaman seniman yang menghasilkan pelbagai karya lukisan dan tulisan seni khat Islami di Malaysia, selain mampu menjadi salah satu wacana ilmu yang dapat mengungkapkan kekayaan khazanah dan warisan seni khat Islami masyarakat Islam di Nusantara.

 

Sedangkan, pada artikel saya tidak ada sama sekali menganilisis ekspresi seniman dalam melukis tetapi pada artikel saya lebih menganalisis lukisan yang ekspresionis.

 

16.   Judul :

YANG HAMPA BIAR TERBANG, YANG BERNAS BIAR TINGGAL

Link :

https://www.academia.edu/download/61625658/FIX_Draft_Laporan_TA_-_Nadya_Nurul_Azmi-converted20191228-3119-1kznlhk.pdf

Objek :

Karya Lukis

Teori/pendekatan :

Teori Representasi

Analisis :

Karya yang berjudul Yang Hampa Biar Terbang, Yang Bernas Biar Tinggal menunjukkan bagaimana penulis membuka dan menutup katup perasaaan atau emosi sehingga apa yang penulis lukiskan bukan lagi susunan benda atau obyek yang terlihat, melainkan gambaran ekspresi tentang suatu sifat atau kondisi. Kondisi yang penulis lukiskan ialah perasaan ketika menghadapi pergulatan batin dalam kecemasan. Penggambaran perasaan tersebut mengisyaratkan tegangan yang berlawanan yang berasal dari dirinya sendiri.

Kesimpulan :

Dalam proses pembuatan karya Tugas Akhir ini, penulis menggali persoalan tubuh lebih mendalam. Penulis menyadari bahwa gestur dapat tercipta dari gerakan tubuh, gerakan tubuh pun tidak akan terjadi tanpa peranan otot. Otot dapat melakukan tugasnya karena melekat pada tubuh. Sedangkan daging dapat dikatakan sebagai daging ketika ia sudah terpisah dan tidak dapat melakukan tugasnya; mati. Penulis pun kemudian terinspirasi dari sepotong daging dan menjadikannya pembelajaran tentang konsep dualitas serta dapat lebih memahami makna kehidupan.

 

Sedangkan, pada artikel saya menganilisis sebuar karya seseorang bukan menganilisis karya sendiri dan itulah perbandingan artikel ini dengan artikel saya.

 

17.   Judul :

DINAMIKA CITRA TUBUH PEREMPUAN DALAM LUKISAN KARYA LUNA DIAN SETYA

Link :

https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/imajinasi/article/view/21922

Objek :

LUKISAN KARYA LUNA DIAN SETYA

Teori/pendekatan :

Teori Representasi

Analisis :

Subject matters perempuan dalam karya seni lukis terus hadir dalam wacana yang berbeda-beda, wacana yang satu melengkapi dan menguatkan wacana yang lainnya. Tubuh perempuan dalam beragam citra bagaikan magnet yang mendorong pelukis untuk terus menghadirkannya dalam lukisan yang dihasilkannya. Perspektif pelukis laki-laki dan perempuan tentunya berbeda pada saat mengkonstrksi citra perempuan yang diekpose dalam lukisannya. Luna Dian Setya merupakan salah satu pelukis perempuan di Surakarta yang terus menghadirkan tubuh perempuan dalam lukisannya dengan beragam citra. Bertolak dari paparan tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: 1) Apa yang menjadi latar belakang Luna Dian Setya dalam mengkonstruksi citra tubuh perempuan dalam lukisan? 2) Citra tubuh perempuan bagaimana yang dihadirkan Luna Dian Setya pada lukisan. Berpijak pada permaasalahan tersebut penulis menggunakan teori citra untuk mengungkap berbagai citra perempuan yang dihadirkan Luna Dian Setya pada lukisan.

Kesimpulan:

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat dikemukakan bahwa keinginan Luna Dian Setya dalam menghadirkan tubuh perempuan pada lukisan karena didorong keinginan untuk mengkontekstualkan berbagai nilai kehidupan dalam cerita rakyat agar relevan dengan semangat jaman sekarang, serta upaya untuk melakukan resistensi dominasi para pelukis laki-laki yang mengangkat tubuh perempuan pada lukisan dalam citra erotis, vulgar dan sensual. Luna Dian Setya pada lukisannya menghadirkan tubuh perempuan yang bercitra keibuan, penyabar, tenang, lembut, penuh kasih sayang.

 

Sedangkan, pada artikel yang saya buat juga ingin mengkonstekstualkan nilai kehidupan tetapi tidak pada konteks perempuan melainkan lebih kepada seluruh manusia yang pada kehidupannya selalu ada gangguan dan cobaan.

 

18.   Judul :

Kembalinya Realisme Seni Kontemporersebagai Penyebab Kemunculan Seni Rupa Realisme di Setiap Zaman

Link :

http://ojs.unikom.ac.id/index.php/visualita/article/view/2995

Objek :

Seni Rupa

Teori/pendekatan :

Teori Representasi

Analisis :  

Banyaknya serangan terhadap Lukisan Realis, dengan munculnya teknik fotografi, dan munculnya seni non-objektif yang berlatar belakang Perang Dingin antara Amerika dan Rusia. Banyak seniman dan kritikus merasa Realisme tidak lagi cukup mewakili semangat baru pasca Perang Dunia II. Kekecewaan terhadap perang dan rasionalitas juga membuat Adorno menolak seni gaya Realisme yang indah dan menyenangkan. Seniman yang muncul sebagai pemenang pada tahun 1950-an, menolak kepercayaan seni masa lalu, seperti 'seni untuk rakyat' atau 'seni untuk reformasi sosial', malah memilih ekspresi pribadi dan keterasingan sosial. Kecenderungan demikian terjadi dalam dunia filsafat, sehingga teori kebenaran korespondensi yang didasarkan pada kesesuaian dengan kenyataan, sudah ditinggalkan. Para filosof menggantinya dengan Filsafat Bahasa. Namun pada setiap masa, gaya seni realisme selalu muncul kembali dalam bentuk-bentuk baru, seperti Pop Art, Photo Realism, Superrealism, dan Hyperrealism. Artikel ini ingin memberikan gambaran bagaimana realisme ditolak dan bagaimana realisme selalu muncul kembali beserta penyebabnya dan juga pada bagian akhir akan mengulas perkembangan Hiperrealisme di Indonesia.

Kesimpulan :

Realisme    mendapat    gempuran    dari    masa    ke    masa,    sejak    kemunculan    Abstrak Ekspresionisme, karena seni representasional sudah tidak memadai lagi mewakili semangat Amerika  setelah  Perang  Dunia  II.  Dalam  konteks  Perang  Dingin, abstrak  ekspresionisme yang disokong Clement Greenberg, dianggap sebagai antitesis atas seni bergaya realis dari Pemerintah Uni Soviet. Dari dunia fotografi, serangan terhadap realisme datang dariAndre Bazin, menurutnya gambar yang dihasilkan fotografi selalu memberikan status autentik yang menampilkan rasa kehadiran yang tinggi. Apa yang kita lihat dalam sebuah foto memberikan rasa bahwa kita benar-benar hadir di depan kamera. Dengan itu, lukisan realis sebenarnya tidak diperlukan lagi. Dari dunia filsafat, realisme mendapat serangan dua kali, pertama pada tahun 1940-an melalui teori estetika Adorno, di mana ia menolak seni yang indah-indah dan menyenangkan,  seperti  lukisan  bergaya  Realisme.  Karena  setelah  peristiwa  Auschwitz, manusia seharusnya hidup prihatin. Bagi Adorno, abstrak ekspresionisme merupakan bentuk seni yang lebih tepat karena  seni seperti itu merupakan antitesis dari masyarakat, bukannya menghibur masyarakat. Serangan kedua dari dunia filsafat datang dari Richard Rorty pada

Kembalinya Realisme Seni Kontemporesebagai Penyebab Kemunculan Seni Rupa Realisme di Setiap Zaman

 

Sedangkan, pada artikel yang saya buat lukisan yang saya masukan kedalam artikel saya itu lebih memunculkan ekspresionisme daripada realis.

 

19.   Judul :

Songket Palembang Dan Pertambangan Batubara Di Lawang Kidul Sebagai Ide Penciptaan Seni Lukis

Link : https://openlibrarypublications.telkomuniversity.ac.id/index.php/artdesign/article/view/17483

Objek :

Songket Palembang Dan Pertambangan Batubara Di Lawang Kidul

Teori/pendekatan :

Teori Representasi

Analisis :  

Gagasan pada pengerjaan karya seni di Tugas Akhir secara umum merupakan identitas penulis yang bawa. Penggalian ide inspirasi muncul dari lingkungan dan sosial penulis tumbuh hingga dewasa ini. Lalu ide gagasan tersebut dituangkan dalam bidang karya seni lukis dua dan tiga dimensi. Dengan judul yaitu “Songket Palembang dan Pertambangan Batubara di Lawang Kidul sebagai Ide Penciptaan Seni Lukis”, penulis memvisualisasikan berdasarkan persepsi penulis dengan gaya ekspresionisme dengan pengolahan objek visual yang terikat pada permainan kerajinan tangan. Lawang Kidul merupakan sebuah tempat penulis lahir dan tumbuh yang berlokasi di Kabupaten Muara Enim Sumatera Selatan. Penulis ingin menyampaikan pesan kepada publik untuk menjaga dan bangga dengan kebudayaan sendiri melalui persepsi visual penulis dari motif yang ada di Songket Palembang. Serta menjadi bijak dalam penggunaan energi di keseharian dan menjaga alam dari kerusakan yang disebabkan manusia melalui persepsi visual pertambangan batubara yang ada di Lawang Kidul.

Kesimpulan :

Secara luas penulis mengkritisi mengenai pertambangan batubara sebagai sumber daya alam dan songket Palembang sebagai bagian fisik budaya yang mana kedua hal tersebut dekat dengan penulis. Pertambangan batubara menjadi problematik dengan isu polusi dan dampak negatif lainnya akibat pertambangan batubara yang tidak bertanggung jawab terhadap lingkungan di Indonesia. Secara ringan kala ini individu dapat memulainya dengan melakukan penghematan energi listrik. Songket Palembang yang menjadi salah satu bukti fisik peninggalan masa lampau yang tetap dilestarikan namun penulis menganggap perlu adanya tindakan lebih selain pelestarian. Kedepannya penulis berharap pesan sederhana yang terselubung pada karya dapat diresapi dan diimplementasikan oleh publik.

 

Sedangkan, Pada artikel saya lukisan yang ada pada artikel saya juga sama sama mengangkat sesuatu yang dekat dengan pembuatnya tetapi lebih kepada soal kehidupan.

 

20.   Judul :

ESTETIKA KARYA LUKIS AFIANTO ARIFIN

Link :

http://www.journal.isi-padangpanjang.ac.id/index.php/viart/article/view/2138

Objek :

KARYA LUKIS AFIANTO ARIFIN

Teori/pendekatan :

Teori Representasi

Analisis :  

Kajian ini membahas tentang kecenderungan Afianto Arifin yang bertahan dengan gaya naturalisme yang kental di tengah gencarnya seni rupa kontemporer. Kajian ini juga membahas tentang perjalanan seni rupa, faktor-faktor yang melatarbelakangi sikap berkarya, serta konsep estetika yang terkandung dalam lukisannya. Untuk menjawab permasalahan tersebut digunakan metode penelitian kualitatif yang meliputi observasi, wawancara, dan studi literatur. Penelitian dilakukan di Kota Bukittinggi dan Kabupaten Padang Pariaman, Provinsi Sumatera Barat.

Kesimpulan :

Berdasarkan hasil penelitian, awal mula karir seni Afianto Arifin dimulai di Jakarta. Selain melukis, Arifin juga mendapat proyek membuat patung dan relief. Setelah itu, Arifin pun rajin membuat lukisan. Arifin cenderung mengangkat objek pemandangan alam dan kecantikan wanita. Ide terciptanya lukisan Arifin dipengaruhi oleh faktor seni dan faktor budaya daerah asalnya yaitu Bukittinggi. Konsep estetika yang terkandung dalam lukisan Arifin dibahas dari sudut pandang gaya seni, struktur seni, serta interaksi media dan makna. Arifin merupakan sosok yang cenderung tidak mau terekspos dan tidak suka melihat pameran, hal ini membuat Arifin tetap berpegang teguh pada cita-citanya dan mempengaruhi gaya seninya hingga saat ini.

 

Sedangkan, Pada artikel saya lebih membahas tentang karya lukis sang pelukis dan tidak membahas terlalu dalam tentang sang pelukisnya.

 

21.   Judul :

DANDELION SEBAGAI OBJEK PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS

Link :

http://journal.isi-padangpanjang.ac.id/index.php/viart/article/view/3225

Objek :

DANDELION

Teori/pendekatan :

Teori Representasi

Analisis :   

Dandelion merupakan bunga yang berasal dari Eropa dan Asia. Bunga ini dapat mengeluarkan bijinya secara teratur dan sering dianggap sebagai buah. Kepala bunganya mempunyai banyak kuntum, masing-masing menghasilkan satu biji. Setiap benih memiliki parasut yang memungkinkannya terbang di udara. Lima tahun lalu, saat masih bersekolah, dia mulai tertarik dengan bunga dandelion. Saat itu hari panen padi, dan lihatlah bentuk bola putih yang diayunkan oleh angin di pinggir sawah. Sebagian benihnya terlepas dan terbang tertiup angin. Acara ini terlihat begitu menarik. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan bentuk representasi. Teknik yang digunakan adalah teknik aquarel, plakat, dan impasto. Metode yang digunakan adalah observasi, desain, dan perwujudan. Pertama, pengamatan langsung dilakukan di lingkungan bunga Dandelion. Kemudian lakukan desain dengan membuat sketsa langsung pada kanvas. Tahap selanjutnya adalah tahap perwujudan. Penggarapan dan eksplorasi teknik pada kanvas dilakukan hingga karya selesai. Terakhir, presentasi dilakukan dalam bentuk pameran. Penciptaan karya ini berhasil menghasilkan lima karya berjudul “Gelap Ramai”, “Cemas Untung Tenang”, “Cerah dalam Gelap”, “Bolak-Balik”, “Tenang diaduk Senang”.

Kesimpulan : Secara keseluruhan, kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa individu tersebut berhasil menggabungkan ketertarikan terhadap bunga dandelion dengan keterampilan seni, menggunakan berbagai teknik dan pendekatan. Karyanya mencerminkan interpretasi pribadinya terhadap keindahan dan dinamika bunga tersebut, yang kemudian diwujudkan dalam lima karya seni unik.

Sedangkan, pada artikel yang saya buat lukisan lebih terinspirasi daripada kehidupan manusia pada umumnya.

 

 

22.   Judul :

STRES DALAM SENI LUKIS EKSPRESIONIS

Link :

https://ejournal.unp.ac.id/index.php/serupa/article/view/9638

Objek :

SENI LUKIS EKSPRESIONIS

Teori/pendekatan :

Teori Representasi

Analisis :   

Karya seni ini bertujuan untuk memvisualisasikan gangguan stres, faktor-faktornya, ciri-cirinya, langkah-langkahnya, dan cara mengatasinya. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah persiapan, laboratisasi, sintesa, realisasi konsep, finishing touch, dan pertunjukan di pameran. Menggunakan cat akrilik sebagai elemen utama pada kanvas dengan gaya ekspresionisme. Kegiatan karya seni ini memberikan pengetahuan dasar tentang stres kepada masyarakat sebagai suatu kegelisahan karena masalah pribadi dan seringkali diabaikan, sebagaimana sepuluh karya seni bergaya ekspresionisme: Terbang Terkunci, Cengkraman Gaduh, Phobia, Depresi, Bipolar, Obsesif , Histeria, Mengatasi, Keseimbangan, Bertahan.

Kesimpulan :

Berdasarkan hasil karya lukis yang dibuat, dapat disimpulkan bahwasanya dalam mengekstraksi sebuah tema kondisi sosial sebagai permasalahan utama memiliki kerumitan dan tantangan tersendiri. Membutuhkan konsentrasi yang sangat tinggi, ditambah lagi dalam gaya ekspresionis spontanitas adalah sebuah keharusan. jadi sebelum mewujudkannya di atas kanvas haruslah benar-benar di renungkan dulu

Sedangkan, pada artikel saya lebih merujuk membahas tentang sebuah lukisan dibanding membahas tentang stressnya membuat lukisan ekpresionis.

 

23.   Judul : 

EKSPRESI DALAM SENI PATUNG KARYA GIUSEPPE PONGOLINI

Link :

http://ejournal.uigm.ac.id/index.php/Besaung/article/view/2586

Objek :

SENI PATUNG KARYA GIUSEPPE PONGOLINI

Teori/pendekatan :

Teori Representasi

Analisis :  

Wujud  karya  seni merupakan  pengejawantahan  terhadap  suatu  realitas  atau  peristiwa  yang  dialami  siseniman, kemudian diungkapkan melalui wujud visual karya seni yang di dalamnya mengandung pesan, tanda dan makna yang hendak disampaikan kepada masyarakat sebagai  penikmat seni.Penciptaan  sebuah karya seni khususnya  seni patung dapat dikatakan sebagai proses ilmiah, apabila penciptaannya didasari atau berlandaskan kepada teori-teori para ahli yang telah teruji keabsahannya. Teori-teori yang dirujuk disesuaikan kapasitasnya dalam kerangka perwujudan karya yang akan diciptakan, sehingga karya yang akan dilahirkan mempunyai landasan berpijak yang memperkokoh isi dan makna dari sebuah karya tersebut. Di samping itu dalam berolah seni, seniman juga dituntut untuk lebih kreatif.Dalampenelitian ini penulis mencoba meninjau wujud ekspresi dalam karya seni patung Gioseppe Pongolini. Karya seni fine art,  khususnya  karya  seni  patung  selalu  mengedepankan  nilai  ekspresi  pribadi  dari  pada  nilai  fungsi  karya  seni  itu sendiri.Di samping itu, Dalam wujud karya seni yang dihadirkan siseniman juga terkandung pesan simbolik yang ingin disampaikan  siseniman  ke  dalam  karya  seninya.Ekspresi  simbolik  yang  ingin  disampaikan  Giuseppe  Pongolini  ingin menyampaikan  realitas  melalui  media  besi  yang  merupakan  ikon  dari  kekerasan  dan  ketidakadilan  yang  terjadi dilingkungannya.Melalui  penelitian  ini  diharapkan  mampu  memberikan  wawasan  dan  pengatahuan  dalam  proses terwujudnya  suatu  karya  seni  patung.  Di  samping  itu,  tinjauan  yang  dilakukan  dalam  penelitian  inidiharapkan  bisa menjadi acuan dalam menganalisis suatu karya seni dan mengetahui wujud ekspresi estetis dalam karya seni patung.

Kesimpulan :

Seni    sebagai    ekspresi    sangat    melekat    dalam penciptaan   seni   patung,   karena   ekspresi   merupakan ungkapan    perasaan    dari    seniman    dengan    melihat fenomena-fenomena  yang  terjadi.  Kemudian  fenomena tersebut    menjadi    daya    rangsangan    (stimulus)    bagi seniman   untuk   menvisualkannya   melalui   perenungan (kontemplasi)  yang  mendalamdiolah  menurut  pikiran dan  imajinasinya  yang  kemudian  diekspresikan  melalui media  seni.Tentu  dalam  mengekspresikan  emosi-emosi dalam karya seni patung tersebut lebih tertata dan sangat membutuhkan    waktu    yang    lama,    apabila    seorang pematung  membuat  karya  dalam  waktu  singkat  atau dengan    kata    lain    tergesa-gesa    maka    karya    yang dihasilkan tidak mempunyai nilai estetik.

Sedangkan, pada artikel yang saya buat itu hampir mirip tetapi hanya berbeda objek dan pembahasan tentang apa yang dijadikan artikel.

 

24.   Judul : 

PROBLEMATIKA DIRI SEBAGAI RANGSANG CIPTA KARYA SENI LUKIS ABSTRAK

Link :

http://www.journal.isi-padangpanjang.ac.id/index.php/viart/article/view/2772

Objek :

PROBLEMATIKA DIRI

Teori/pendekatan :

Teori Representasi

Analisis :  

problematika adalah hambatan atau persoalan yang harus diselesaikan; dengan kata lain masalah adalah kesenjangan antara kenyataan dengan sesuatu yang diharapkan dapat berjalan dengan baik untuk mencapai hasil yang maksimal. Dalam kehidupan sehari-hari seseorang tidak pernah lepas dari berbagai permasalahan, salah satunya permasalahan yang dialami saat mengikuti perkuliahan. Masalah muncul karena kelalaian diri sendiri, sehingga berakibat merugikan diri sendiri. Hal inilah yang menjadi dasar penciptaan lukisan. Bentuk karya yang disajikan adalah karya dua dimensi dengan pendekatan gaya abstrak, menekankan garis ekspresif dan spontan dengan menggunakan cat akrilik di atas kanvas. Metode penciptaannya adalah persiapan, pengamatan, perancangan, perwujudan, dan penyajian. Penciptaan lukisan ini berhasil menghasilkan lima karya berjudul “Turbulensi Bermasalah”, “Merah Bermasalah”, “Serangan Bermasalah”, “Bermasalah Biru”, dan “Pengendalian Gelombang”.

Kesimpulan :

Penciptaan lukisan ini berhasil menghasilkan lima karya berjudul “Turbulensi Bermasalah”, “Merah Bermasalah”, “Serangan Bermasalah”, “Bermasalah Biru”, dan “Pengendalian Gelombang”. Dan kelima karya lukis ini menggunakan teknik gabungan yaitu plakat dan akuarel.

Sedangkan, pada lukisan artikel yang saya buat lebih berisi tentang apa isi atau pun makna dari sebuah lukisan.

 

 

25.   Judul :

RELIGIUSITAS ISLAM PADA KARYA LUKIS TIGA SENIMAN MUDA BANDUNG

Link :

https://jurnal.isbi.ac.id/index.php/atrat/article/view/1521  

Objek :

KARYA LUKIS TIGA SENIMAN MUDA BANDUNG

Teori/pendekatan :

Teori Representasi

Analisis :  

Penelitian yang berjudul Religiusitas Islam pada Karya Lukis Tiga Seniman Muda Bandung, dibuat berdasarkan keterkaitan pada seniman yang memvisualisasikan nilai Islam atau hal-hal yang berhubungan dengan religiusitas Islam ke dalam karya seni lukis dan melibatkan seniman muda Bandung tahun 2000-an, dengan menelaah lebih dalam melalui tanda dan simbol yang ada pada lukisan. Diantaranya terdapat karya Yogie Ginanjar, Arkiv Vilmansa, dan Tandya Rachmat. Penelitian menunjukan bahwa, dari segi visual masing-masing seniman mempunyai cara tersendiri dalam menggambarkan dan memaknai hal-hal yang berhubungan dengan Islam. Yogi Ginanjar melalui gaya realis menyuguhkan simbol atau tanda dan pesan secara langsung yang identik dengan Islam, juga  menyisipkan figur di dalamnya. Selanjutnya Arkiv Vilmansa dengan gaya abstrak dan bahasa visual yang dinamis, menafsirkan makna sebuah proses perubahan diri atau perjalanan hijrah. Tandya Rachmat menggunakan teknik fotorealisme berupa objek still life yang mewakili hal-hal atau benda bersifat duniawi, bagaimana ia menuangkan hal itu pada karyanya dengan sudut pandang berbeda dengan sebelumnya.

Kesimpulan :

Penelitian ini menggambarkan hubungan antara seniman muda Bandung tahun 2000-an dengan nilai-nilai Islam yang termanifestasi dalam karya seni lukis mereka. Melibatkan Yogie Ginanjar, Arkiv Vilmansa, dan Tandya Rachmat, penelitian ini menyoroti pendekatan visual yang unik dari masing-masing seniman terhadap religiusitas Islam. Yogie Ginanjar menampilkan simbol dan pesan Islam secara langsung melalui gaya realis, sementara Arkiv Vilmansa menggunakan gaya abstrak untuk menafsirkan perubahan diri dan perjalanan hijrah. Tandya Rachmat, dengan teknik fotorealisme, menghadirkan objek duniawi sebagai representasi nilai-nilai Islam. Secara keseluruhan, penelitian ini menunjukkan variasi pendekatan visual dan interpretasi seniman muda Bandung terhadap aspek keagamaan dalam seni lukis mereka.

Sedangkan, pada artikel yang saya buat hampir sama dengan artikel ini tetapi pada artikel saya lebih mendalam membahas tentang satu lukisan.

 

26.   Judul :

Ungkapan Visual Perempuan dalam Karya Seni Lukis dari Sudut Pandang Jenny Saville

Link :

https://jurnal.ideaspublishing.co.id/index.php/ideas/article/view/1239

Objek :

Karya Seni Lukis dari Sudut Pandang Jenny Saville

Teori/pendekatan :

Teori Representasi

Analisis :

Jenny Saville merupakan artis wanita yang terkenal menonjolkan bagian tubuh tertentu dalam ukuran besar. Permasalahannya adalah bagaimana ekspresi visual karya Jenny Saville menarik perhatian banyak pemerhati seni rupa dunia, meski karya-karyanya dihadirkan out of the box. Tujuannya untuk mengungkap visualisasi perempuan dari sudut pandang Jenny Saville dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Temuannya antara lain lukisan seorang wanita bertubuh besar dan digambar menggunakan pensil, pastel, minyak atau arang dengan sapuan kuas ekspresif (sapuan kuas ekspresif dengan warna cemerlang dan kontras). Kesimpulannya, karya Janne Seville mempunyai muatan metaforis dalam menyampaikan pesan kepada para apresiator, bahwa karyanya seolah menghadirkan tubuh manusia yang berbeda dengan standar kecantikan wanita pada umumnya.

Kesimpulan :

Kesimpulannya, karya-karya Saville membawa muatan metaforis yang menantang standar kecantikan wanita, menghadirkan tubuh manusia dengan keunikannya, dan menyampaikan pesan yang kuat kepada para apresiator seni.

Sedangkan, pada artikel yang saya buat objeknya lebih umum pada manusia tanpa ada visualisasi antara perempuan dan laki laki.

 

27.   Judul :

KAJIAN SEMIOTIKA MAKNA SIMBOLIK LUKISAN KUDA KARYA AGUS TBR A SEMIOTICS STUDY ON THE SYMBOLIC MEANING OF AGUS TBR ‘S HORSE PAINTING

Link :

https://www.e-journal.trisakti.ac.id/index.php/jsrr/article/view/13496

Objek :

LUKISAN KUDA KARYA AGUS TBR

Teori/pendekatan :

Teori Representasi

Analisis :

Sebuah lukisan tidak hanya sekedar membuat coretan di atas kanvas, tetapi ada faktor eksternal yang mempengaruhi seperti sosial, politik, dan seni-budaya masyarakat. Bahasa rupa yang dibuat oleh pelukis merupakan simbol-simbol yang bersifat pribadi, yang terbentuk dari pengalaman kreativitasnya. Agus TBR memilih objek kuda sebagai salah satu bahasa rupa untuk karya lukisannya dalam membentuk pesan dan makna simbolik. Penelitian ini dilakukan untuk membaca perkembangan karya seni lukis Agus TBR. Untuk memahami makna dalam tingkatan denotasi, konotasi, mitos dan ideologi serta membaca relasi tanda visual pada lukisan Agus TBR. Metode analisa yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan semiotika Roland Barthes dalam membaca tanda-tanda yang terdapat pada karya lukisnya yang berjudul “Land of Hope”.

Kesimpulan :

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pemahaman dalam memahami pesan yang terdapat pada suatu lukisan. Selain itu juga diharapkan seniman lukis dapat mengembangkan ide dan gagasannya dalam menciptakan suatu karya lukis dengan objek-objek visual yang memiliki makna simbolik.

Sedangkan,  pada artikel yang saya buat ini banyak sekali mengandung makna makna simbolik dan itu pun sudah dibahas oleh sang pelukisnya sehingga saya hanya mencari makna dan isi lainnya.

 

28.   Judul :

Multinarasi Relief Yeh Pulu Basis Penciptaan Seni Lukis Kontemporer

Link :

http://jurnal.isi-dps.ac.id/index.php/mudra/article/view/372

Objek :

Seni Lukis Kontemporer

Teori/pendekatan :

Teori Representasi

Analisis :

Kajian ini merupakan skema penelitian terapan, yang bertujuan untuk mengungkap konsep multinarasi relief Yeh Pulu, Bedulu, Gianyar, Bali, sebagai dasar penciptaan seni lukis kontemporer. Secara metodologis penelitian ini dilakukan dalam dua tahapan: penelitian lapangan (kajian atas narasi relief) berdasar perspektif ikonologi Panofsky (1971), dan berikutnya penelitian eksperimen terkait penciptaan seni lukis kontemporer berdasar perspektif ‘praktik seni sebagai penelitian' (Sullivan, 2005 ) yang menunjuk pada tiga tahapan: medium eksperimen, bahasa visual, dan penyusunan konteks yang relevan. Berdasar kajian ikonologi, khususnya tahap analisis ikonografi, ditemukan bahwa narasi relief Yeh Pulu bersifat multinarasi, yakni pahatan relief yang memiliki beragam jenis tema cerita, seperti praktik pertanian, berburu, merenung, pesta, asmara, dan lain-lain. Kemudian konsep multinarasi dalam penciptaan seni lukis kontemporer, menjadi: (a) secara medium menggunakan multiteknik dan medium; (b) bahasa visual, menghadirkan berbagai adegan secara berulang, terpadu dan bahkan terkesan saling berlawanan; (c) konteks yang relevan, dengan memasukan ikon toko-toko pahlawan dunia pop, seperti superman, superwomen, dan lain-lain. Secara ikonologis, bangunan visual yang mempertemukan adegan multinarasi relief Yeh Pulu dengan narasi kepahlawanan dunia pop, menjadi semakin menguatkan konsep multinarasi dalam membangun pesan kepahlawanan dunia sehari-hari dalam karya seni lukis kontemporer semakin berhasil. Penelitian ini meliputi: Anak Agung Rai Remawa (pengumpul data), dan  Ni Luh Desi In Diana Sari (fotografi dan layout).

Kesimpulan :

Kajian ini mengungkap konsep multinarasi relief Yeh Pulu, Bedulu, Gianyar, Bali, sebagai dasar penciptaan seni lukis kontemporer. Melalui metode ikonologi Panofsky dan praktik seni sebagai penelitian Sullivan, penelitian ini terbagi menjadi dua tahap: penelitian lapangan dan penelitian eksperimen. Narasi relief Yeh Pulu ditemukan bersifat multinarasi dengan beragam tema cerita. Konsep multinarasi dalam seni lukis kontemporer diwujudkan melalui penggunaan multiteknik, bahasa visual yang memadukan adegan berulang, dan penyisipan ikon pahlawan dunia pop. Hasilnya, konsep ini memperkuat pesan kepahlawanan dalam kehidupan sehari-hari dalam karya seni lukis kontemporer. Kesimpulannya, penelitian ini memberikan wawasan mendalam tentang konsep multinarasi dan penerapannya dalam seni lukis kontemporer berdasarkan relief Yeh Pulu.

Sedangkan, pada artikel yang saya buat lukisan yang menjadi objeknya adalah lukisan yang ekspresionis.

 

29.   Judul :

Kajian Tentang Bad Art pada Karya Satar Kaldera dan Bernandi Desanda

Link :

http://digilib.isi.ac.id/id/eprint/13583

Objek :

Karya Satar Kaldera dan Bernandi Desanda

Teori/pendekatan :

Teori Representasi

Analisis :

Penelitian yang berjudul Kajian Tentang Bad Art Pada Karya Satar Kaldera dan Bernandi Desanda bertujuan untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan bad art. Mengetahui latar belakang munculnya Bad Art. Mengetahui pandangan estetika dari Satar Kaldera dan Bernandi Desanda dalam proses berkaryanya. Mengetahui bagaimana karya Satar Kaldera dan Bernandi Desanda dalam perspektif estetika bad art. Berbicara tentang bad art tentu tidak akan lepas dari teori nilai-nilai estetika sebagai standarnya. Estetika dan bad art, keduanya adalah hal yang mengandung sesuatu yang saling bertolak belakang, tapi juga memiliki sifat yang sejalan, dimana bad art dan estetika memiliki definisi yang selalu berkembang mengikuti jamannya. Saat membicarakan kedua hal tersebut tentunya akan ditemukan banyak sekali permasalahan-permasalahan yang menarik untuk dibahas, karena sejatinya permasalahan-permasalahan tersebut telah terjadi sejak dahulu hingga sekarang, dan mungkin akan terus muncul dimasa depan.

Kesimpulan :

Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian deskriptif kualitatif, dimana hasil penelitian ini didapatkan dengan mempelajari sumber acuan atau rujukan berupa studi literatur, observasi serta wawancara. Populasi dalam penelitian ini adalah dua seniman muda yang berdomisili di Yogyakarta dan aktif dalam berkarya, yaitu Satar Kaldera dan Bernandi Desanda. Keduanya juga sudah tidak asing dengan topik bahasan dalam penelitian ini, yaitu bad art. Keduanya dibahas dalam penelitian ini untuk memberi sedikit gambaran tentang bad art yang lebih banyak dibahas di luar negeri serta akan dibahas pula secara mendetail bagaimana karya keduanya dalam perspektif estetika bad art.

Sedangkan, Pada artikel yang saya buat berisi tentang maksa dan isi sebuah karya lukisan bukan berisi sebuah kajian kajian.

 

 

 

30.   Judul :

Pemukiman kumuh sebagai sumber ide dalam penciptaan karya seni lukis

Link :

https://digilib.uns.ac.id/dokumen/detail/10932

Objek :

Pemukiman kumuh

Teori/pendekatan :

Teori Representasi

Analisis :

Fery Adhi Wibowo. SENI LUKIS SEBAGAI MEDIA PROMOSI SUASANA PEMUKIMAN KUMUH YANG BERADA DI INDONESIA KUSUSNYA DI SOLO. Tugas Akhir, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2009. Tujuan perancangan ini adalah : Membuat suatu karya seni lukis yang berfungsi sebagai media promosi SUASANA PEMUKIMAN KUMUH Metode yang digunakan dalam pengumpulan data meliputi pengalaman dan pengamatan langsung (observasi), dokumentasti dengan foto-foto, referensi dari majalah atau buku-buku, lewat jaringan internet, dan melihat tv Konsep yang diambil adalah membuat sebuah lukisan dengan suasana pemukiman kumuh dan aktivitas penghuninya (1) banyak menampilkan objek manusia dan sampah karena pengertian kumuh tidak lepas dari sampah dan aktivitas manusianya yang sebagian besar bekerja sebagai pemulung yang diambil dari foto-foto dan pengamatan langsung di tempat kejadian (2) dalam pembuatan karya seni lukis mengambil gaya atau aliran yaitu realis dan teknik pewarnaan dominan menggunakan warna gelap agar supaya mempunyai kesan kotor atau mengambarkan kehidupan yang susah dan kumuh. Namun dari semua itu harus tetap dapat memberikan informasi yang lengkap dan jelas serta efisien dalam visual maupun verbal. Berdasarkan perancangan ini dapat diperoleh hasil akhir perancangan seni lukis dengan obyek meliputi : manusia, sampah, dan rumah yang terbuat dari barang-barang rongsokkan yang sudah tidak terpakai sehingga menjadi sebuah karya seni lukis dengan konsep suasana pemukiman kumuh.

Kesimpulan :

Perancangan ini menghasilkan karya seni lukis dengan objek manusia, sampah, dan rumah dari barang-barang rongsokan. Lukisan ini menciptakan konsep suasana pemukiman kumuh dengan menggunakan gaya realis dan teknik pewarnaan gelap, memberikan informasi yang lengkap dan jelas mengenai realitas kehidupan di pemukiman kumuh Solo.

Sedangkan, pada artikel saya ide yang diciptakan dari sang pelukis itu berasal dari dalam diri manusia sendiri sepertia godaan godaan kehidupan.

 

 

Postingan populer dari blog ini

Analisis Tiga Karya Menggunakan Teori Mimises dan Signifikan Form

Seni Yang Ada Dalam Diri